بِــــــسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيـــمِ
SELAMAT DATANG DI BLOG MUHAMMADIYAH CABANG BENGKONG, KOTA BATAM - TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA

Pilih Menu

Kamis, 25 Oktober 2018

7 FALSAFAH AJARAN KH. AHMAD DAHLAN




“Manusia hidup di dunia hanya sekali: sesudah mati, akankah mendapat kebahagiaan atau kesengsaraan?”
“Lengah, akan sengsara di dunia dan akhirat. Mencari kemuliaan di dunia saja, kalau tidak sungguh-sungguh, tak akan berhasil, apalagi mencari keselamatan dan kemuliaan di akhirat. Bagaimanakah supaya aku selamat dari api neraka? Harus mengerjakan perintah apa; beramal apa; menjauhi dan meninggalkan apa?”

“Kebanyakan manusia berwatak angkuh dan takabur; mengambil keputusan sendiri-sendiri. Tidak mau bertukar pikiran, memperbincangkan mana yang benar dan mana yang salah. Tiap-tiap golongan agama menganggap dirinya yang akan selamat dan bahagia dan yang lain akan celaka dan sengsara.”
“Masing-masing pihak membanggakan apa yang ada pada mereka.” (QS 30:32).

“Pekerjaan apa pun, kalau dilakukan berulang-ulang, akan menjadi kebiasaan. Kalau tabiat kebiasaan itu sudah menjadi kesenangan, akan sukar diubah. Kebanyakan manusia membela adat kebiasaannya. Bila ada yang mau mengubah, ia sanggup membela dengan mengorbankan jiwa-raga, karena ia beranggapan bahwa itu benar.”

“Manusia, seperti botol, selalu menerima sembarang apa saja yang diisikan. Manusia itu membenci apa yang tidak diketahuinya; manusia musuh kebodohannya. Kenalilah kebenaran itu dengan pengetahuan yang benar, bukan dengan memandang orangnya.”
“Kami mengikuti jalan yang kami peroleh dari leluhur kami.” (QS 31:21) ;
“Orang-orang yang arif dan mendapat bimbingan Allah: mereka mendengarkan perkataan dan mengikuti yang terbaik di antaranya.” (QS 39:18-19).

“Manusia harus mencari kebenaran yang sejati. Manusia perlu digolongkan menjadi satu dalam kebenaran; bersama-sama mempergunakan akal pikiran untuk memahami hakikat dan tujuan hidup, mengevaluasi iktikad, kepercayaan, dan tingkah lakunya.”
Hidup di dunia ibarat musafir atau orang yang menyeberang jalan. Musafir harus yakin bahwa ia berada di jalan yang benar yang akan mengantarkan sampai tujuan dengan selamat dan bahagia. Seseorang yang telah menemukan jalan yang benar tidak sepatutnya berjalan demi keselamatan dirinya sendiri, melainkan mengajak orang-orang lain dengan bijaksana untuk menempuh jalan yang sama.
“Apakah engkau mengira bahwa kebanyakan mereka mendengar atau mengerti?” (QS 25:44).

“Kebiasaan manusia tidak berani memegang teguh pendirian dan perbuatan yang benar, karena khawatir akan terpisah dari kesenangan dan teman-temannya. Lalu hidup asal hidup. Manusia tidak menuruti kebenaran yang sudah diyakininya, karena takut mendapat kesukaran dan hanyut oleh kebiasaan buruk.”

“Jalan hidupku terang-benderang bagi orang yang mendapat petunjuk, tetapi hawa nafsu merajalela dan membutakan akal dan hati.
Agama Islam mula-mula cemerlang, kemudian kelihatan makin suram. Akan tetapi sesungguhnya yang suram manusia, bukan agamanya.
Agama adalah kecenderungan ruhani naik menuju kesempurnaan tertinggi nan suci, bersih dari pengaruh kebendaan duniawi.”

“Kebanyakan pemimpin belum berani mengorbankan harta benda dan jiwanya untuk menjadikan umat manusia dalam kebenaran. Mereka malahan mempermainkan dan memperalat manusia yang bodoh dan lemah.”
Pemimpin harus bertindak sebagai imam dalam segala aspek kehidupan. Teladan yang terbaik adalah Rasulullah Muhammad saw dan para pengikutnya terdahulu. Pengorbanan itu harus dimulai dari diri sendiri, dengan sedikit bicara, banyak kerja – Sepi ing pamrih rame ing gawe.
"Apabila pemimpin-pemimpin negara dan para ulama itu baik, maka baiklah alam; dan apabila pemimpin-pemimpin negara dan para ulama itu rusak, maka rusaklah alam dan negara (masyarakat dan negara"

“Belajar ilmu dan belajar amal. Mempelajari pengetahuan atau teori dan mengerjakan atau mempraktikkannya. Semua pelajaran ditempuh sedikit demi sedikit, setingkat demi setingkat. Demikian pula dalam beramal.”
“Mudah-mudahan Allah SWT memberi petunjuk kepada kita ke jalan yang benar, sehingga kita memperoleh kebahagiaan yang abadi. Marilah mengadakan perkenalan, silaturahmi, komunikasi, dan pertemuan sesama kita untuk bermusyawarah, mencari, dan meneliti mana yang salah dan mana yang benar.”

(KH. Ahmad Dahlan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nama
No Hp
email