بِــــــسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيـــمِ
SELAMAT DATANG DI BLOG MUHAMMADIYAH CABANG BENGKONG, KOTA BATAM - TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA

Pilih Menu

Minggu, 30 April 2023

MAHALNYA HARGA SEBUAH KEJUJURAN SEBAGAI SUMBER KEBAIKAN


MAHALNYA HARGA SEBUAH KEJUJURAN SEBAGAI SUMBER KEBAIKAN

Pernahkah anda kena tipu oleh seseorang? Lalu kecewa dengan ketidak jujurannya? Atau terkejut bahwa sahabat dekat ternyata telah membohongi kita? Dan tidak jujur akan sesuatu hal yang kita sangka dapat dipercayai. Sungguh, kejujuran itu sangat mahal harganya.
Mendidik diri maupun keluarga untuk selalu berperilaku jujur, adalah sifat yang mulia, namun tidak mudah mengamalkannya. Karena Rasul SAW menuntun kita dan menegaskan bahwa tidak ada yang bermanfaat bagi seorang manusia dan yang mampu menyelamatkannya dari azab neraka, kecuali kejujurannya.
ALLAH SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang siddiq (benar/jujur).” (QS.At-Taubah 119).
Marilah kita belajar dari kepribadian Nabi Muhammad SAW, yang jauh sebelum diangkat sebagai Rasul disifati oleh kaum Quraisy dengan sebutan Al-Amin, orang dipercaya. Kepercayaan kaum Quraisy kepada beliau begitu tinggi, apalagi ia adalah keturunan Abdul Muththalib yang dihormati dan dikenal sangat amanah menjaga, memelihara Ka’bah dan memberi minum pada mereka yang tawaf.
Orang yang terbiasa melakukan sesuatu dan telah menjadi sifatnya, maka biasanya akan dijuluki dengan kebiasaan atau sifatnya itu. Sejarah mengenal orang-orang mulia seperti, Abu Bakar yang disifati dengan as-sidiq atau Umar bin Khattab yang disifati dengan Al-Faruq (pembeda yg haq dan batil). Atau bisa juga mereka yg disifati dengan keburukannya, seperti Musailamah, si nabi palsu yang dijuluki dengan Al-Kazab (pendusta) atau Amr bin Hisyam yang dijuluki Abu Jahal (Bapak Jahil)
Setelah Pemuda Muhammad diangkat sebagai Rasul, maka sifat kebaikannya semakin sempurna. Salah satu sifat utama Rasul adalah Jujur (as-siddiq), disamping cerdas (fathonah), amanah dan tabligh.
Ibnu Mas’ud RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Kejujuran mengantarkan pada kebaikan, dan kebaikan mengatarkan kepada surga. Seseorang yang senantiasa berkata jujur akan dicatat Allah sebagai orang yang jujur. Sedangkan kebohongan, mengantarkan pada kedurhakaan, dan kedurhakaan mengantarkan ke neraka. Seseorang yang senantiasa berkata bohong akan dicatat disisi Allah sebagai pembohong.” (Mutafaq ‘alaih).
Allah SWT menurunkan agama Islam kepada Rasulullah, yang bangsa arab. Padahal bangsa Arab saat itu dikenal sangat jahiliyah. Mengapa ? dalam buku sirah nabawiyah, Syaikh Shafiyurrahman AlMubarakfurry menyebutkan bahwa gambaran akhlak luhur masyarakat arab jahiliyah diantaranya adalah amanah, berani dan menjaga harga diri.
Masyarakat Arab jahiliyah saat itu sangat menjaga harga dirinya dari sifat dusta dan khianat. Menjaga kejujuran dan dapat dipercaya. Suatu hari Rasulullah SAW didatangi oleh seorang pemuda, “Ya Muhammad, aku ingin masuk Islam dan bersyahadat, tapi aku tidak mau meninggalkan berzina, aku tidak mau meninggalkan berjudi dan meminum khamar. Apakah syahadatku diterima.” Rasulullah menjawab, “Ya, asalkan engkau selalu berkata jujur kepadaku.” (Alhadits).
Keesokan harinya orang ini selalu menjaga kejujurannya pada Rasulullah, dan akhirnya meninggalkan semua perbuatan buruknya karena merasa malu bila bertemu dengan beliau dan ditanya, “Apa yang telah engkau lakukan kemarin hari, ya Fulan, sedang aku telah berbuat maksiat.” Demikianlah hidayah Allah akan turun kepada mereka yang jujur. Allah SWT berfirman, “.....tetapi jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” (Muhammad: 21).
Rasulullah SAW bersabda,”Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Syurga. Dan apabila seseorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke neraka. Jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat disisi Allah SWT sebagai pendusta.” (HR.Muslim).
Menurut Imam Ghazali, sifat jujur atau benar (siddiq) dibagi atas 3, yakni:
1.Jujur dalam niat atau berkehendak, yaitu tiada dorongan bagi seseorang dalam sengaja tindakan dan gerakannya, selain dorongan karena Allah SWT.
2.Jujur dalam perkataan (lisan), yaitu kesesuaian antar berita yang diterima dengan yang disampaikan. Menepati janji termasuk jujur dalam perkataan.
3.Jujur dalam perbuatan/amaliah, yaitu beramal dengan sungguh-sungguh sehingga perbuatan yang terlihat menunjukkan sesuatu yang ada dalam batinnya.
Sementara lawan dari sifat jujur adalah sifat dusta yang sangat dibenci oleh Allah SWT dan manusia. Dusta merupakan salah satu sifat orang yang munafik. Hal ini berdasarkan Hadits Rasul SAW yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: “ Tanda orang munafik itu ada 3, yaitu , apabila berbicara ia berdusta, apabila ia berjanji, ia ingkari, dan  apabila diberi amanah, ia berkhianat.” (HR.Bukhari dan Muslim).
Adapun cara agar kita terhindar dari sifat munafik maupun dusta, diantaranya adalah : tidak bergaul dengan para pendusta dan mencari teman bergaul yang sholeh lagi jujur, melatih diri baik hati maupun lisan untuk selalu berkata benar dan jujur, serta aktif membaca Al Qur’an, mentadabburinya lalu mengamalkan isi ajaran-Nya.
Demikianlah, kita sebagai manusia, harus membiasakan diri dengan perilaku jujur.Karena kejujuran ini identik dengan kebenaran. Seseorang yang jujur akan dicintai Allah SWT, Rasul-Nya serta disenangi manusia. Wallahu a’lam bishowab.
Wallahu a’lam bishowab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nama
No Hp
email