Oleh
SUYONO,M.Ag
SUYONO,M.Ag
Pada masa
kehidupan sehari-hari di zaman ini, sangat banyak berita yang kita terima dari
berbagai media sosial, cetak dan eletronik, dan media social lainnya, yang
isinya banyak kita mendengar berita desas-desus dan berita yang tidak jelas asal-usulnya.
Kadang dari suatu peristiwa kecil, tetapi dalam pemberitaannya, peristiwa itu
begitu besar atau sebaliknya.
Berita itu
tergolong 3 kategori
- Berita Besar
- Berita Sedang
- Berita Kecil
Diantaranya:
- Berita Fitnah
- Berita Aqidah, dan
- Berita yang lainnya
terkadang
Berita itu menyangkut kehormatan seorang muslim. Bahkan tidak jarang, sebuah berita
membuat retak rumah tangga, Organisasi, dll. hanya karena sebuah berita yang
belum tentu benar. Bagaimanakah sikap kita terhadap berita yang bersumber dari
orang yang belum kita ketahui kejujurannya?
Oleh
DR Abdul Azhim Al Badawi
Dalam naskah berikut ini, penulis menjelaskan kepada kita, bagaimana seharusnya sikap seorang muslim terhadap berita-berita yang belum jelas kebenarannya itu.
Oleh
DR Abdul Azhim Al Badawi
Dalam naskah berikut ini, penulis menjelaskan kepada kita, bagaimana seharusnya sikap seorang muslim terhadap berita-berita yang belum jelas kebenarannya itu.
Allah
berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ
ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا
بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai
orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal
atas perbuatanmu itu”. [Al Hujurat : 6].
Dalam ayat
ini, Allah melarang hamba-hambanya yang beriman berjalan mengikut desas-desus.
Allah menyuruh kaum mukminin memastikan kebenaran berita yang sampai kepada
mereka. Tidak semua berita yang dicuplikkan itu benar, dan juga tidak semua
berita yang terucapkan itu sesuai dengan fakta. (Ingatlah, pent.), musuh-musuh
kalian senantiasa mencari kesempatan untuk menguasai kalian. Maka wajib atas
kalian untuk selalu waspada, hingga kalian bisa mengetahui orang yang hendak
menebarkan berita yang tidak benar.
Allah
berfirman,
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا
“Hai
orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti”
Maksudnya,
janganlah kalian menerima (begitu saja) berita dari orang fasik, sampai kalian
mengadakan pemeriksaan, penelitian dan mendapatkan bukti kebenaran berita itu.
(Dalam ayat
ini) Allah memberitahukan, bahwa orang-orang fasik itu pada dasarnya (jika
berbicara) dia dusta, akan tetapi kadang ia juga benar. Karenanya, berita yang
disampaikan tidak boleh diterima dan juga tidak ditolak begitu saja, kecuali
setelah diteliti. Jika benar sesuai dengan bukti, maka diterima dan jika tidak,
maka ditolak.
Kemudian
Allah menyebutkan illat (sebab) perintah untuk meneliti dan larangan untuk
mengikuti berita-berita tersebut.
Allah
berfirman.
أَن تُصِيبُوا
قَوْمًا بِجَهَالَةٍ
“Agar kamu
tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya”. Kemudian
nampak bagi kamu kesalahanmu dan kebersihan mereka.
فَتُصْبِحُوا عَلَى
مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” [Al Hujurat : 6]
Terutama
jika berita tersebut bisa menyebabkan punggungmu terkena cambuk. Misalnya, jika
masalah yang kalian bicarakan bisa mengkibatkan hukum had, seperti qadzaf
(menuduh) dan yang sejenisnya.
Sungguh,
betapa semua kaum muslimin memerlukan ayat ini, untuk mereka baca, renungi,
lalu beradab dengan adab yang ada padanya. Betapa banyak fitnah yang terjadi
akibat berita bohong yang disebarkan orang fasiq yang jahat! Betapa banyak
darah yang tertumpah, jiwa yang terbunuh, harta yang terampas, kehormatan yang
terkoyakkan, akibat berita yang tidak benar!Berita yang dibuat oleh para musuh
Islam dan musuh umat ini. Dengan berita itu, mereka hendak menghancurkan
persatuan umat ini, mencabik-cabiknya dan mengobarkan api permusuhan diantara
umat Islam.
Betapa
banyak dua saudara berpisah disebabkan berita bohong! Betapa banyak suami-istri
berpisah karena berita yang tidak benar! Betapa banyak kabilah-kabilah, dan
kelompok-kelompok saling memerangi, karena terpicu berita bohong!
Allah Azza
wa Jalla Yang Maha Lembut dan Maha Mengetahui, telah meletakkan satu kaidah
bagi umat ini untuk memelihara mereka dari perpecahan, dan membentengi mereka
dari pertikaian, juga untuk memelihara mereka dari api fitnah.
Akan tetapi
sangat disayangkan, tidak ada satu pun masyarakat muslim yang bebas dari
orang-orang munafiq yang memendam kedengkian. Mereka tidak senang melihat kaum
muslimin menjadi masyarakat yang bersatu dan bersaudara, dimana orang yang
paling rendah diantara mereka dijamin bisa berusaha dengan aman, dan apabila
orang akar rumput itu mengeluh, maka orang yang di tampuk kepemimpinan juga
akan mengeluh.
Wajib atas
kaum muslimin untuk waspada dan mewaspadai musuh-musuh mereka. Dan hendaklah
kaum muslimin mengetahui, bahwa para musuh mereka tidak pernah tidur (tidak
pernah berhenti) membuat rencana dan tipu daya terhadap kaum muslimin. Maka
wajiblah atas mereka untuk senantiasa waspada, sehingga bisa mengetahui sumber
kebencian, dan bagaimana rasa saling bermusuhan dikobarkan oleh para musuh.
Sesungguhnya
keberadaan orang-orang munafiq di tengah kaum muslimin dapat menimbulkan bahaya
yang sangat besar. Akan tetapi yang lebih berbahaya, ialah keberadaan
orang-orang mukmin berhati baik yang selalu menerima berita yang dibawakan
orang-orang munafiq. Mereka membuka telinga lebar-lebar mendengarkan semua
ucapan orang munafiq, lalu mereka berkata dan bertindak sesuai berita itu.
Mereka tidak peduli dengan bencana yang ditimpakan kepada kaum muslimin akibat
mengekor orang munafiq.
Al Qur’an
telah mencatatkan buat kita satu bencana yang pernah menimpa kaum muslimin,
akibat dari sebagian kaum muslimin yang mengekor kepada orang-orang munafiq
yang dengki, sehingga bisa mengambil pelajaran dari pengalaman orang-orang
sebelum kita.
Kalau kalian
mau, bacalah Surat An Nur dan renungilah ayat-ayat penuh barakah yang Allah
ucapkan tentang kebersihan Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma dari
tuduhan kaum munafiq. Kemudian sebagian kaum muslimin yang jujur ikut-ikutan
menuduh tanpa meneliti bukti-buktinya.
Allah
berfirman.
إِنَّ الَّذِينَ
جَآءُوا بِاْلإِفْكِ عُصْبَةٌ مِّنكُمْ لاَتَحْسَبُوهُ شَرًّا لَّكُم بَلْ هُوَ
خَيْرٌ لَّكُمْ لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُم مَّااكْتَسَبَ مِنَ اْلإِثْمِ وَالَّذِي
تَوَلَّى كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya
orang-orang yang membawa ifki adalah dari golongan kamu juga.Janganlah kamu
kira berita bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia adalah baik bagi
kamu.Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang
dikerjakannya, dan barangsiapa diantara mereka yang mengambil bahagian yang
terbesar dalam penyiaran berita bohong itu, baginya adzab yang besar”. [An Nur
: 11].
Ini
maksudnya adalah berita bohong. Dan ini merupakan kebohongan yang paling jelek.
لاَتَحْسَبُوهُ
شَرًّا لَّكُم بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ
“Janganlah
kamu kira berita bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia adalah baik bagi kamu”.
[An Nur : 11].
Tidak semua
perkara-perkara itu bisa dinilai hanya dengan zhahirnya saja. Karena terkadang
kebaikan atau nikmat itu datang dalam satu bentuk yang kelihatannya
menyusahkan. Diantara kebaikan (yang dijanjikan Allah buat keluarga Abu Bakar),
ialah Allah menyebut mereka di malail a’la. Dan Allah menurunkan beberapa ayat
yang bisa dibaca mengenai keadaan kalian (keluarga Abu Bakar Radhiyallahu
‘anhu).
Dengan
turunnya ayat ini, maka hilanglah mendung dan tersingkaplah kegelapan itu.
Lenyap sudah gunung kepedihan yang bertengger dalam kalbu Ummul Mukminin
‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha, suaminya, yaitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan bapaknya. Sebagaimana juga hilangnya kepedihan sang penuduh, yaitu
seorang shahabat yang jujur Shafwan bin Mu’atthil.
Kemudian
ayat selanjutnya mengajarkan kepada kaum mukminin, bagaimana menyikapi berita.
Allah
berfirman.
لَّوْلآ إِذْ
سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُوْمِنَاتُ بِأَنفُسِهِمْ خَيْرًا
وَقَالُوا هَذَآ إِفْكٌ مُّبِينٌ
“Mengapa di
waktu kamu mendengar berita bohong itu, orang-orang mu’minin dan mu’minat tidak
bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata:”Ini
adalah suatu berita bohong yang nyata.” [An Nur : 12].
Wahai kaum
msulimin, inilah langkah pertama yang harus engkau lakukan, jika ada berita
buruk tentang saudaramu, yaitu berhusnuhan (berperasangka baik) kepada dirimu.
Jika engkau sudah husnuzhan kepada dirimu, maka selanjutnya kamu wajib
husnuzhan kepada saudaramu dan (meyakini) kebersihannya dari cela yang
disampaikan. Dan engkau katakan,
سُبْحَانَكَ هَذَا
بُهْتَانٌ عَظِيمٌ
“Maha Suci
Engkau (Allah) , ini merupakan kedustaan yang besar”. [An Nur : 16].
Inilah yang
dilakukan oleh sebagian shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika
sampai berita kepada mereka tentang Ummul Mukminin.
Diceritakan
dari Abu Ayyub, bahwa istrinya berkata,“Wahai Abu Ayyub, tidakkah engkau dengar
apa yang dikatakan banyak orang tentang Aisyah?” Abu Ayyub menjawab,“Ya. Itu
adalah berita bohong. Apakah engkau melakukan perbuatan itu (zina), hai Ummu
Ayyub? Ummu Ayyub menjawab,“Tidak. Demi Allah, saya tidak melakukan perbuatan
itu.” Abu Ayyub berkata,“Demi Allah, A’isyah itu lebih baik dibanding kamu.”
Kemudian
Allah berfirman.
لَّوْلاَ
جَآءُوعَلَيْهِ بِأَرْبَعَةِ شُهَدَآءَ فَإِذْ لَمْ يَأْتُوا بِالشُّهَدَآءِ
فَأُوْلَئِكَ عِندَ اللهِ هُمُ الْكَاذِبُونَ
“Mengapa
mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita
bohong itu. Oleh karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi, maka mereka
itulah pada sisi Allah orang-orang yang dusta”. [An Nur : 13].
Inilah
langkah yang kedua, jika ada berita tentang saudaranya. Langkah pertama,
mencari dalil yang bersifat bathin, maksudnya berhusnuzhan kepada saudaranya.
Langkah kedua mencari bukti nyata.
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا
“Hai
orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita,
maka periksalah dengan teliti”. [Al Hujurat : 6].
Maksudnya
mintalah bukti kebenaran suatu berita dari si pembawa berita. Jika ia bisa
mendatangkan buktinya, maka terimalah. Jika ia tidak bisa membuktikan, maka
tolaklah berita itu di depannya; karena ia seorang pendusta. Dan cegahlah
masyarakat agar tidak menyampaikan berita bohong yang tidak ada dasarnya sama
sekali. Dengan demikian, berita itu akan mati dan terkubur di dalam dada
pembawanya ketika kehilangan orang-orang yang mau mengambil dan menerimanya.
Seperti
inilah Al Qur’an mendidik umatnya. Namun sangat disayangkan, banyak kaum
muslimin yang tidak konsisten dengan pendidikan ini. Sehingga jika ada seorang
munafik yang menyebarkan berita bohong, maka berita itu akan segera tersebar di
masyarakat dan diucapkan oleh banyak lidah, tanpa mengecek dan meniliti
kebenarannya. Dalam hal ini
Allah
berfirman.
إِذْ تَلَقَّوْنَهُ
بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُم ٌ
“(Ingatlah)
di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut”.[An Nur : 15].
Pada
dasarnya ucapan itu diterima dengan telinga, bukan dengan lisan. Akan tetapi
Allah ungkapkan tentang cepatnya berita itu tersebar di tengah masyarakat.
Seakan-akan kata-kata itu keluar dari mulut ke mulut tanpa melalui telinga,
dilanjutkan ke hati yang memikirkan apa yang didengar, selanjutnya memutuskan
boleh atau tidak berita itu disebar luaskan.
وَتَقُولُونَ
بِأَفْوَاهِكُم مَّالَيْسَ لَكُم بِهِ عِلْمٌ وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ
عِندَ اللهِ عَظِيمٌ
“Kamu
katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu
menganggapnya suatu yang ringan saja.Padahal dia pada sisi Allah adalah besar”.
[An Nur : 15].
Allah
mendidik kaum mukminin dengan adab ini. Mengajarkan kepada mereka cara
menghadapi berita serta cara memberantasnya, sehingga tidak tersebar di
masyarakat. Setelah itu Allah mengingatkan kaum mukminin, agar tidak
membicarakan sesuatu yang tidak mereka diketahui. Allah juga mengingatkan
mereka, agar tidak mengekor kepada para pendusta penebar berita bohong.
Allah berfirman.
يَعِظُكُمُ اللهُ أَن
تَعُودُوا لِمِثْلِهِ أَبَدًا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
“Allah
memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu
selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman”. [An Nur : 17].
Kemudian
Allah menjelaskan, mengekor kepada para pendusta memiliki arti mengikuti
langkah-langkah syetan. Allah berfirman.
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَتَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَن يَتَّبِعْ
خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَلَوْلاَ
فَضْلُ اللهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَازَكَى مِنكُم مِّنْ أَحَدٍ أَبَدًا
وَلَكِنَّ اللهَ يُزَكِّي مَن يَشَآءُ وَاللهُ سَمِيعٌ عَلِيمُُ
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan.
Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syetan, maka sesungguhnya syetan itu
menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar”. [An Nur : 21].
Dalam ayat
selanjutnya Allah menerangkan, lisan dan semua anggota badan lainnya akan
memberikan kesaksian atas seorang hamba pada hari kiamat.
Allah
berfirman.
إِنَّ الَّذِينَ
يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلاَتِ الْمُؤْمِنَاتِ لُعِنُوا فِي الدُّنْيَا
وَاْلأَخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ . يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ
أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ .
يَوْمَئِذٍ يُوَفِّيهِمُ اللهُ دِينَهُمُ الْحَقَّ وَيَعْلَمُونَ أَنَّ اللهَ هُوَ
الْحَقُّ الْمُبِينُ
“Sesungguhnya
orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman
(berbuat zina), mereka kena la’nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka adzab
yang besar, pada hari (ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas
mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. Pada hari itu, Allah akan
memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka,
bahwa Allah-lah Yang Benar, lagi Yang menjelaskan (segala sesuatu menurut
hakikat yang sebenarnya)”. [An Nur 23-25].
Wahai para
penebar desas-desus! Wahai para pembuat kedustaan! Hai orang yang tidak senang
melihat orang mukmin saling mencintai sehingga dipisahkan! Hai orang yang tidak
suka melihat kaum mukmin aman! Hai para pencari aib orang yang baik! Tahanlah
lidahmu, karena sesungguhnya kamu akan diminta pertanggungjawaban kata-kata
yang engkau ucapkan.
Allah
berfirman.
مَّايَلْفِظُ مِن
قَوْلٍ إِلاَّ لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Tiada suatu
ucapanpun yang diucapkan, melainkan ada di dekatnya Malaikat pengawas yang
selalu hadir”. [Qaf : 18].
Tahanlah
lidahmu! Jauhilah perbuatan bohong dan janganlah menebarkan desas-desus!
Janganlah menuduh kaum muslimin tanpa bukti, dan janganlah berburuk sangka
kepada mereka! Seakan-akan aku dengan engkau, wahai saudaraku, berada pada hari
kiamat; hari kerugian dan hari penyesalan. Sementara para seterumu merebutmu.
Yang ini mengatakan “engkau telah menzhalimiku”, yang lain mengatakan “engkau
telah menfitnahku”, yang lain lagi mengatakan, “engkau telah melecehkanku”,
yang lain mengatakan “engkau telah menggunjingku”. Sementara engkau tidak mampu
menghadapi mereka. Engkau mengharap kepada Rabb-mu agar menyelamatkanmu dari
mereka, namun tiba-tiba engkau mendengar.
الْيَوْمَ تُجْزَي
كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ لاَظُلْمَ الْيَوْمَ إِنَّ اللهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
“Pada hari
ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang
dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya”. [Al Mukmin :
17].
Lalu
engkaupun menjadi yakin dengan neraka. Engkau ingat firman Allah.
وَلاَتَحْسَبَنَّ
اللهَ غَافِلاً عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ
تَشْخَصُ فِيهِ اْلأَبْصَارُ
“Dan
janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang
diperbuat oleh orang-orang yang dzalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh
kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak”
[Ibrahim : 42].
Kita
berlindung kepada Allah dari kehinaan. Dan semoga Allah memberikan taufik dan
hidayahNya.
Penyunting: pcmb
[Diterjemahkan
dari majalah Al Ashalah, edisi 34 tahun ke VI]
[Disalin
dari majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun VII/1424H/2003. Diterbitkan Yayasan
Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo
Solo 57183 Telp. 0271-761016]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nama
No Hp
email